KISAH CINTA TSAUBAN bin BUJDAD KEPADA RASULULLAH


Tsauban adalah Salah satu budak atau pelayan Rasulullah. Tsauban merupakan seorang penduduk Yaman yang menjadi tawanan ketika terjadi perang di zaman Jahiliyah. Rasulullah membelinya dan kemudian membebaskan. Tsauban tidak mau kembali ke Yaman, ia memilih untuk tinggal dan melayani Rasulullah. Iya, Rasulullah memang memiliki banyak budak, tapi di kemudian hari semuanya dibebaskan.

Sama seperti budak atau pelayan Rasulullah –mungkin lebih, Tsauban sangat mencintai dan menyayangi majikannya itu. Bahkan, Tsauban tidak mau jauh atau berpisah dari Rasulullah. Ia selalu mengusahakan diri agar bisa selalu mendampingi Rasulullah. Kapan pun dan dimanapun.

Di rumah maupun di perjalanan. Jika Rasulullah ada tugas di luar. Tsauban begitu gelisah. Ia resah karena tidak bisa menatap wajah Rasulullah. Maka ketika Rasulullah kembali ke rumah, Tsauban langsung menatap muka majikannya itu. Ia gembira manakala dekat dengan Rasulullah. Dan dia sedih ketika Rasulullah tidak ada di dekatnya, Rasulullah mendapati Tsauban bersedih. Padahal pada saat itu Tsauban tidak sakit dan sedang bersama dengan majikannya, sumber kebahagiaannya.



Rasulullah lantas bertanya kepada Tsauban perihal mengapa dia bersedih.  “Kalau teringat akhirat, aku takut tak dapat melihatmu lagi. Sebab, kau akan diangkat ke surga tertinggi bersama para nabi. Lalu, mana tempatku dibandingkan tempatmu? Mana peringkatku dibandingkan peringkatmu?” jawab Tsauban.

“Dan, jika aku tidak masuk surga, niscaya aku tidak dapat melihatmu lagi selamanya,” tambahnya.   Begitu lah cinta Tsauban kepada Rasulullah, sangat besar. Hingga ia sampai kepikiran tentang kebersamaannya dengan Rasulullah di akhirat kelak. Apakah dirinya bisa bersama Rasulullah atau tidak.

Rasulullah terharu dengan jawaban Tsauban tersebut. beliau juga menjadi kasihan dengan pelayannya itu. Namun tak lama setelah itu turun wahyu kepada Rasulullah, yaitu Al-Qur’an Surat (QS) Al-An’am ayat 69. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa siapapun yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para orang shaleh.  Ayat tersebut seolah menjawab kesedihan Tsauban yang takut tidak bisa bertemu dengan Rasulullah, orang yang sangat dicintainya, di akhirat kelak.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cintanya Salah Satu Sahabat Nabi Ini, dan semoga kita dapat berkumpul dengan Rasulullah  di Syurga Firdaus Kelak, Aamiin Allahumma Aaamiin.


EmoticonEmoticon