Luruskan Shaf Sholat Kita Mulai Sekarang !

  Shalat merupakan tiang agama dan kunci kebaikan amal manusia. Shalat   juga  merupakan   obat   yang   bisa  menyembuhkan  penyakit-penyakit  hati,  kejelakan jiwa dan penyakit ruhani lainnya.  
Shalat juga merupakan sesuatu yang dapat menghilangkan pekatnya dosa-dosa   dan  kemaksiatan.  Berkaitan  dengan gambaran itu Rasulullah SAW  bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

أَرَأَيْتُمْ  لَوْ  أَنَّ  نَهْرًا  بِبَابِ  أَحَدِكُمْ  يَغْتَسِلُ  مِنْهُ  كُلَّ  يَوْمٍ  خَمْسَ  مَرَّاتٍ  هَلْ  يَبْقَى  مِنْ  دَرَنِهِ  شَىْءٌ. قَالُوا  لاَ يَبْقَى  مِنْ  دَرَنِهِ شَىْءٌ .قَالَ  فَذَلِكَ  مَثَلُ  الصَّلَوَاتِ  الْخَمْسِ  يَمْحُو  اللَّهُ  بِهِنَّ  الْخَطَايَا.  رواه  مسلم
Artinya: “Apa pendapat kalian, seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang dari kalian, dia mandi di sungai itu lima kali sehari; Apakah ada kotoran/daki yang tersisa?” Mereka menjawab, “Tidak akan ada kotoran yang tersisa sedikitpun.” Nabi berkata, “Demikianlah permisalan shalat lima waktu. Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan dengan sebab shalat.”(HR.Muslim).

Panggilan shalat yang bergema di segenap penjuru,  adzan yang menembus telinga untuk membangunkan jasad yang bercahaya dengan keimanan dan hati yang khusyu’. Dengan khusu’ seseorang yang shalat dapat menyatukan antara keberhasilan lahiriyah dan kebersihan batiniyah.  Dengan kekhusyu’an, akan diampuni dosa-dosa dan dihapus kesalahan-kesalahan, dan ditulislah shalat di timbangan kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam shahih Imam Muslim, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Artinya: “Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu, khusyu’ dan ruku’nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar, dan ini untuk sepanjang masa.” (HR. Muslim).

       Shalat juga apabila dihiasi dengan khusyu’ dan kebersihan jiwa dalam perkataan, dan gerakkannya dihiasi dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh ia akan bisa penahan perilaku diri dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar, keimanannya meningkat, kecintaannya semakin kuat, untuk melaksanakan kebaikan, dan keinginannya untuk berbuat kejelakan akan sirna. Dengan khusyu’ dan kebersihan jiwa, bertambahlah munajat seseorang kepada Rabbnya, demikian pula kedekatan Rabbnya kepadanya. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’I meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,


لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا الْتَفَتَ انْصَرَفَ عَنْهُ

“Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan berhenti menghadap hambaNya di dalam shalatnya, selama dia (hamba) tidak berpaling. Apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun berpaling darinya.”


    Sesungguhnya shalat adalah kobaran api pertempuran bersama setan, pertempuran was-was dan bisikan-bisikannya, karena kita berdiri pada tempat yang agung, paling dekatnya kedudukan (dengan Allah) dan paling dibenci setan. Kemudian setan menghiasi di depan pandangan kita dengan kesenangan, menawarkan keindahan dan godaan. Syetan juga mengingatkan yang kita lupakan, sehingga dia merasa senang ketika shalat kita rusak, sebagaimana baju yang usang, rusak, tidak mendapatkan pahala dan tidak pula mendapatkan keutamaaan. Dan semua itu dapat diatasi dengan shalat berjamaah, merapatkan shaf dengan kekhusyu’an dan kebersihan jiwa dapat meningkatkan daya tangkal godaan setan.

      Hal itulah yang menjadi alasan mengapa Shalat berjamaah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana sabdanya, “Shalat berjamaah lebih afdhal dari shalat sendirian dua puluh tujuh derajat”. Ketika shalat berjamaah, meluruskan dan merapatkan shaf (barisan) sangat diperintahkan, sebagaimana di dalam sabda Nabi Saw. Artinya, “Luruskan shafmu, karena sesungguhnya meluruskan shaf itu merupakan bagian dari kesempurnaan shalat”. (Muttafaq ‘Alaih). Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda:
“Rapatkan  barisan  kamu,  karena  demi  Allah,  sesungguhnya  aku  melihat   syaitan  masuk  ke  sela-sela  barisan  shalat” (HR. Imam Abu Dawud Aw kamaqal)

       Dijelaskan di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

لَتُسَوُّنَّ سُفُوْفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ
“Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan wajah-wajah kalian berselisih).” (HR. Imam Bukhari)


       Para ulama berbeda pendapat tentang makna “berpalingnya atau berselisihnya wajah”. Sebagian ulama berpendapat, bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah Swt. akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher, sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah Swt. Maha Mampu atas segala sesuatu. Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, karena hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih maka ummat pun akan berpecah belah.


       Apakah fenomena jama`ah, masyarakat, dan bangsa kita saat ini merupakan gambaran dari tidak rapat dan tidak lurus shalat jama’ah kita? Dimana tidak sedikit orang dalam masyarakat kita saat ini yang “senyummu adalah racun bagiku”, di depan kita menebarkan senyum, namun di belakang kita menerkam, menusuk bahkan mencabik-cabik diri kita dengan tanpa belas kasih lagi.

       Dengan  demikian   secara   maknawiyah,   Shalat berjamaah   merupakan  cermin untuk mewujud kesatuan  umat  Islam.  Ketika melaksanakan  shalat,  visi  dan  misi  kita  satu,  yakni  penghambaan  total  kepada Allah Swt. dalam  menggapai  keridlaan-Nya . Ketaatan  kepada  pemimpin  pun  tercermin  dalam shalat  berjamaah.  Tidak  peduli  dari  golongan,  suku,  ras  atau pun organisasi  mana  sang  imam, komandonya  tetap  diikuti  para  makmum.   Perbedaan  firqoh,  ormas,  parpol,  atau   kepentingan duniawi,  lebur  dalam  kesamaan  visi  dan  misi  beribadah  kepada  Allah  Swt melalui  kerapatan   shaf  barisan  dalam   shalat jama’ah.

        Semoga  kita  diberikan   kekuatan   oleh   Allah  SWT.  untuk  mau  meneladani  Rasulullah  SAW seutuhnya  disetiap  amal  ibadah, disetiap  raka`at   shalat   kita,   makmum  senantiasa   meluruskan   shaf  dan   menutup   celahnya  (merapatkannya).  Dan makmum   baru  bergerak  apabila   selesai   aba-aba  Allahu Akbar   oleh   imam,  jangan  sekali-kali  mendahului  imam dan  tidak pula memperlambat  suatu   gerakan;   alangkah   indahnya   kalau   gerakan  juga  diselaraskan   dengan  gerakan   sesama  makmum   yang   disebelah,   kita   semua   pada   dasarnya   tahu   posisi   kita,   mungkin   kaki-kaki   kita   bergeser   disetiap  raka`at   sehingga   barisan/shaf   menjadi   tidak   lurus. jangan   ragu   untuk   segera   meluruskan,   merapatkan   sehingga   nilai  ibadah   ada   nilai   plus.

Musthofa Achmad Baradja, Lc


EmoticonEmoticon